Yu Huang Da Di
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lukisan
tinta Kaisar Giok di atas sutra semasa Dinasti Ming, Abad ke-16
|
|
Kaisar
Giok
|
|
玉皇大帝
|
|
Makna literal:
|
Kaisar Giok
|
Di dalam hati rakyat Tiongkok zaman dulu, Kaisar adalah orang yang paling dihormati dan paling dijunjung tinggi dalam sebuah negara (Kerajaan). Sedangkan dalam pola berpikir dari umat agama tradisional China yang saleh, Yu Huang adalah Dewa Pertama Alam Langit, Dewata Tertinggi yang melaksanakan pemerintahan alam semesta dan dibantu oleh para dewata lain, seperti Dewa Matahari dan Dewi Rembulan, Dewa Bintang, Dewa Halilintar, Dewa Angin, Dewa Awan, dan lain-lain. Sehingga tidak dapat disalahkan jika orang Tionghoa menganggap bahwa Kaisar Giok adalah Tuhan mereka. Pandangan ini masih berlangsung sampai sekarang. Dia bertahta di langit tingkat ke-33 di sebuah istana yang disebut 淩霄寶殿 (Ling Xiao Bao Dian) yang berarti Istana Halimun Mukjizat.
Berbagai kisah dan kebiasaan Tao mengasosiasikan Kaisar Giok dengan kebaikan, penyayang, pemerhati dan penolong. Dia mengunakan kekuasaannya untuk meningkatkan kehidupan manusia.
Nama dan Gelar
Yu Huang disebut dalam banyak nama, di antara adalah:- Raja Giok (Hanzi: 玉皇; hanyu pinyin: Yù Huáng).
- Kaisar Giok (Hanzi:玉帝;hanyu pinyin: Yù Dì).
- Kakek Langit (Hanzi:天公;hanyu pinyin: Tiān Gōng; Fujian/Hokkian: Thi Kong). Panggilan yang biasa digunakan orang awam.
- Kaisar Giok Agung Murni (Hanzi:玉皇上帝;hanyu pinyin: Yu Huang Shangdi; Fujian/Hokkian: Giok Hong Siong Te).
- Kaisar Giok Agung Mulia (Hanzi:玉皇大帝;hanyu pinyin: Yu Huang Dadi; Fujian/Hokkian: Giok Hong Tay Te)
- Hao Tian Shang Di (Hanzi: 昊天上帝 ).
- Yu Tian Da Di (Hanzi: 玉天大帝)
- Penguasa Tinggi Xuanling.
- Gelar resmi yang jarang digunakan, Pembebas Damai, Pusat Roh Agung nan Gemilang, Buddha Kuno, Tersaleh dan Terhormat, Yang Mulia sang Kaisar Giok, Penguasa Tinggi Xuanling (太平普度皇靈中天至聖仁義古佛玉皇大天尊).
- Shang Di (Hanzi:上帝;Fujian/Hokkian: Siong Tee).
- Tuhan Yang Maha Esa. Sebutan dalam bahasa Indonesia oleh umat Agama Khonghucu/ Tridharma.
Legenda
Asal-usul
Dikisahkan bahwa Yu Huang sebenarnya merupakan putera mahkota Negeri yang Bercahaya Terang Benderang dan Elok penuh Suka-cita (Hanzi: 光嚴妙樂;hanyu pinyin: Guang Yan Miao Le). Ayah dia adalah Raja Jing De Guo Wang (淨德國王; Hokkien= Ceng Tee; lit. "Dermawan Suci-Murni") dan ibu dia Ratu Bao Yue Guang Wang Hou (寶月光王后; "Cahaya Rembulan yang Indah"). Negeri tersebut berada di daratan Tiongkok pada masa yang sangat lampau. Rakyatnya semua hidup bahagia, apa yang dikehendaki pasti akan terkabul.[4]Raja dan permaisuri telah berusia lanjut, tetapi belum memiliki putera sebagai penyambung keturunan dan melanjutkan tahta kerajaan. Selama bertahun-tahun mereka berdoa kepada Thian, hingga suatu malam permaisuri bermimpi bertemu dengan Tai Shang Lao Jun yang sedang mengendarai kereta naga emas. Ia sedang menggendong anak kecil yang bercahaya, sang permaisuri memohon agar bayi itu diserahkan kepadanya. Tai Shang Lao Jun bersedia dan tak lama kemudian permaisuri hamil, setelah sembilan bulan melahirkan seorang putera.[4]
Saat kelahirannya, Yu Huang memancarkan cahaya luar biasa yang memenuhi seluruh kerajaan. Saat masih muda, dia sangat baik, pandai, dan bijak. Ia mengisi seluruh masa kanak-kanaknya dengan menolong yang membutuhkan (yang miskin dan menderita, yang ditinggalkan dan sendirian, yang lapar dan lumpuh). Terlebih lagi, ia menghormati dan murah hati kepada manusia dan semua makhluk.
Setelah ayahnya meninggal, dia naik tahta. Ia memastikan setiap orang di kerajaannya menemukan kedamaian dan tercukupi. Setelah itu, Yu Huang mengatakan kepada para menterinya bahwa dia ingin mempelajari Tao di atas Tebing Terang dan Harum.
Setelah 1.550 kalpa, tiap kalpa adalah sepanjang 129.600 tahun, dia menerima Keabadian Emas (versi lain menetapkan bahwa dia memperoleh keabadian setelah melewati 1.750 ujian yang masing-masing adalah sepanjang 120.976 tahun). Setelah seratus juta tahun pelatihan selanjutnya, akhirnya dia menjadi Yù Dì (berdasarkan penjabaran tersebut, panjang periode sebelum dia menjadi Kaisar Giok adalah sekitar 300.880.000 tahun).
Menolong manusia
Pada saat menjadi raja manusia, Yu Huang sangat bijaksana dan penuh welas-asih. Ia pergi bertapa dan menyelidiki sebab-musabab penyakit dan kematian pada diri manusia ke Siu Yen di negeri P'u Ming (Negeri yang Selalu Bercahaya) yang berada di Selatan. Setelah menemukan pengetahuan tentang kesukaran yang dialami umat manusia pada masa itu, ia kembali dan mengajarkan pengetahuan tersebut kepada rakyatnya.Setelah mangkat, raja yang bijaksana itu hidup abadi di langit. Ia selalu mengamati bumi dan terharu melihat keadaan manusia di bumi yang penuh kesukaran. Karena tidak tahan lagi melihat penderitaan umat manusia, 800 tahun kemudian ia memutuskan untuk turun sekali lagi ke bumi. Bumi ia tata kembali, hujan membasahi tanaman, bunga memenuhi bumi yang gersang dan sunyi, satwa dan unggas terbang dengan gembira, burung-burung bercicit menyemarakkan hutan yang sunyi, rakyat bersorak gembira menyambut tahun baru yang disemarakkan musim semi. Karena bukan penduduk bumi lagi, raja bijaksana harus kembali ke langit, tetapi ia berjanji untuk datang setiap tahun untuk membahagiakan umat manusia.
Ribuan tahun kemudian, umat manusia mulai kehilangan makna kebahagiaan yang diberikan oleh raja bijaksana dan di mana-mana kejahatan mulai timbul. Saat ia turun untuk yang terakhir kalinya, manusia justru menangkap dan menganiayanya. Dengan kekuatannya, ia dapat bebas, tetapi tidak bersedia untuk datang lagi ke bumi. Rakyat baru menyadari siapa sosok yang baru saja mereka aniaya, tetapi semua sudah terlambat. Semenjak saat itu,manusia menyebutnya sebagai Yu Huang Da Di.
Memusnahkan kejahatan
Salah satu legenda mengisahkan bagaimana Kaisar Giok menjadi pemimpin semua dewata di surga. Ini adalah salah satu dari sedikit legenda yang menampilkan Kaisar Giok benar-benar menunjukkan kekuatannya.Pada permulaan waktu, bumi masih sukar untuk ditinggali; jauh lebih keras daripada zaman sekarang. Orang-orang sangat sulit bertahan hidup; tidak hanya mereka harus menghadapi kondisi yang sukar, tetapi juga karena ada banyak monster yang berkeliaran. Pada masa itu para dewata yang melindungi juga masih sedikit. Juga ada banyak iblis jahat serta kuat yang merusuhi para dewata di langit. Saat itu Kaisar Giok masih dewa biasa yang berkelana di muka bumi untuk menolong sebanyak mungkin manusia sesuai kesanggupannya. Ia merasa sedih karena kemampuannya terbatas dan hanya dapat meringankan penderitaan manusia. Dia memutuskan untuk undur diri pada sebuah gua di suatu gunung dan berlatih Tao kembali. Ia melampaui 3.200 ujian, setiap ujian adalah selama 3 juta tahun.
Sayangnya sesosok makhluk jahat yang sangat kuat—iblis, yang berdiam di bumi—berambisi untuk mengalahkan semua dewata dan roh-roh suci di surga serta memproklamirkan penguasaan atas seluruh alam semesta. Makhluk jahat tersebut juga undur diri bertapa untuk meningkatkan kekuatannya, saat itu Kaisar Giok sudah memulai pertapaannya. Ia melewati 3000 ujian, masing-masing sepanjang 3 juta tahun pula. Setelah melewati ujian terakhirnya, ia merasa yakin bahwa tidak ada yang bisa mengalahkannya. Ia kembali ke dunia dan merekrut pasukan iblis dengan tujuan menyerang surga.
Para dewata yang sadar akan bahaya tersebut segera mempersiapkan diri untuk perang. Namun mereka tidak mampu mengalahkan iblis maha kuasa itu dan semuanya terkalahkan.
Untungnya Kaisar Giok sudah menyelesaikan pelatihannya pada saat perang tengah berkecamuk. Ia mengubah dunia agar lebih mudah ditinggali oleh manusia dan mengusir semua jenis monster. Tiba-tiba dia melihat aura kejahatan bersinar dari surga dan menyadari ada sesuatu yang salah. Ia terbang naik dan melihat tengah terjadi perang di surga, para dewa yang ada tidak ada yang sanggup menahan iblis yang teramat kuat yang menyerang mereka. Kaisar Giok menengahi dan menantang si iblis sehingga keduanya bertarung. Gunung-gunung berguncang dan sungai serta lautan bergejolak; akhirnya Kaisar Giok menjadi pemenang karena pelatihannya yang lebih mendalam dan bijak, bukan untuk kekuatan tetapi untuk kewelasasihan. Setelah mengalahkan si iblis, semua iblis yang lain dicerai-beraikan oleh para dewata dan roh-roh suci.
Karena tindakan dia yang mulia dan bajik, para dewata, roh-roh suci, dan manusia mengangkat Kaisar Giok sebagai penguasa tertinggi dari semuanya.
Penciptaan
Legenda penciptaan China menyebutkan bahwa dunia dimulai dengan wuji (無極, kekosongan), Yu Huang merupakan kepala dari para dewata tetapi bukan merupakan sang pencipta. Taoisme menyebutkan bahwa para pencipta semesta adalah Sanqing.Menurut versi lain kisah penciptaan, Yu Huang membentuk manusia-manusia pertama dari tanah liat kemudian menjemurnya di bawah terik matahari agar mengeras. Tiba-tiba turun hujan sehingga beberapa di antaranya menjadi rusak. Demikianlah dikatakan awal mula penyakit dan cacat tubuh.
Kisah penciptaan manusia dari lumpur juga didedikasikan kepada Nuwa yang membentuk manusia dari lumpur sungai kuning satu demi satu dengan kedua tangannya sendiri, menjadi orang-orang bangsawan. Setelah kewalahan, ia mencelupkan selendangnya ke dalam lumpur kemudian mengayun-ayunkannya. Tiap tetesan lumpur tersebut menjadi manusia-manusia biasa. Alternatif kisah penciptaan lain diberikan kepada Pangu di mana manusia awalnya adalah kutu di badannya.
Kultus
Di dalam klenteng, biasanya tidak terdapat gambar atau arca Yu Huang Da Di. Untuk sembahyang kepadanya cukup disediakan sebuah pedupaan besar (berbentuk seperti kuali besar berkaki tiga) yang terletak di depan ruang utama. Pedupaan ini dinamakan Tian Gong Lu (Hanzi:天公爐; Fujian/Hokkian: Hiolo Thi Kong atau Hiolo). Pada waktu bersembahyang di Klenteng, pertama kali umat berdoa kepada Tian Gong dengan membakar dupa dan menancapkannya di hiolo sebelum bersembahyang kepada para dewata lainnya. Para dewata di sini adalah sebagai wakil Tuhan (Yu Huang Da Di) di dunia yang mendengarkan segala doa dari umatnya untuk keperluan tertentu, misalnya: kesehatan, pekerjaan atau bisnis supaya lancar, karier semakin meningkat, dapat jodoh, keluarga harmonis, atau sekadar menumpahkan perasaan hatinya.Namun ada pula kelenteng yang khusus memuja Yu Huang Da Di, yang ditampilkan dengan wujud seorang kaisar yang berpakaian kuno, mengenakan mahkota dengan bagian atas datar serta dihiasi untaian mutiara pada bagian depan, dan memegang sebilah Hu (bilah dari gading atau sejenisnya yang digunakan oleh menteri-menteri zaman kuno untuk menghadiri sidang kerajaan). Yu Huang Da Di adalah Dewata Tertinggi sebagai Pelaksana Pemerintahan alam semesta, dan mewakili Tuhan dalam memerintah alam semesta. Oleh karena itu dia ditampilkan dengan memegang Hu, yang digunakan dalam upacara menghadap atasannya yaitu Sanqing.
Birokrasi Surga
Kaisar Giok memerintah seluruh Surga, Bumi, dan Dunia Bawah/ Neraka dengan dibantu sangat banyak pembantu sipil dan birokrat. Dia memutuskan dan membagikan pahala dan pengampunan kepada para orang suci, yang hidup, dan yang telah meninggal berdasarkan suatu sistem welas asih yang disebut Naskah Emas Prinsipal Giok. Pengadilan Surgawi tersebut menyerupai pengadilan kerajaan di dunia manusia; terdapat prajurit, birokrat, keluarga kerajaan, dan bangsawan. Setiap departemen diawasi oleh sesosok Dewa atau Roh Suci.Kedua asisten Yu Huang adalah Cheng Huang dan Tu Di Gong yang menulis laporan keadaan dunia. Setiap kota memiliki sesosok Cheng Huang (Dewa Kota) yang melindungi. Dia tidak hanya melindungi kota dari serangan, tetapi juga menjaga agar "Dewa Kematian" tidak mengambil nyawa melebihi apa yang diotoritaskan kepadanya. Tu Di Gong adalah Dewa Bumi lokal (kota, desa, jalan, rumah). Meskipun tidak terlalu berkuasa, tetapi dia adalah birokrat Surga yang paling sederhana dan paling dekat dengan manusia sehingga siapapun dapat dengan mudah memohon pertolongannya. Biasanya dia digambarkan sebagai seorang tua yang ramah. Setiap tahun, asisten yang ketiga, Zao Jun, mengirimkan laporan tingkah laku manusia kepada Yu Huang.
Festival Bài Tiān Gōng
Hari ulang tahun Kaisar Giok (天公生) adalah pada hari kesembilan bulan pertama penanggalan Imlek. Pada hari tersebut, kuil-kuil Tao mengadakan ritual bài Tiān Gōng (拜天公) secara harafiah diterjemahkan sebagai "Menyembah Kakek Surga". Para pendeta dan umat bersujud, membakar hio, dan mempersembahkan makanan.Upacara ini mulanya bersumber pada "Pemujaan Alam Semesta" atau sembahyang kepada Pencipta Alam. Dalam pandangan orang Tionghoa, Alam Semesta terdiri atas Tiga Alam, yaitu Langit (Thian), Bumi (Di), dan Air (Sui), masing-masing memiliki penguasanya sendiri-sendiri. Pada masa Dinasti Song, pemujaan ketiganya digabungkan menjadi satu, yaitu pemujaan kepada "Maha Dewa yang paling Berkuasa di Seluruh Alam Semesta", yaitu Yu Huang Da Di.
Tradisi di Indonesia
Hari raya ini dirayakan relatif sederhana, tidak dirayakan besar-besaran sebagaimana Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh. Warga Tionghoa di Indonesia umumnya menyebut Sembahyang Thian ini sebagai "Sembahyang Sam Kai" atau "Sembahyang Keng Ti Kong".Sehari sebelumnya, warga Tionghoa membersihkan rumah dan seluruh peralatan rumah tangga. Malam harinya, mereka menyediakan meja sesaji untuk menghormati Yu Huang Da Di. Biasanya makanan yang dipersembahkan adalah manisan (seperti manisan cermai dan kolang-kaling), buah-buahan, sepasang lilin, bebungaan, dupa, dan sepasang batang tebu diikatkan di kedua sisi meja. Sembahyang dilakukan pada saat tengah malam sambil mengucapkan terima kasih kepada Yu Huang Da Di.
Tradisi di Taiwan
Pada pagi hari, warga Taiwan menyiapkan altar tiga tingkat di rumah mereka: lapisan paling atas (berisi enam jenis sayuran (六齋), mie, buah-buahan, kue, tangyuan,mangkuk sayuran, dan sirih muda, semua dihiasi lampion) dan dua lapisan bawahnya (berisi lima persembahan dan arak) ditujukan untuk menghormati para dewata bawahan Yu Huang. Tangyuan adalah sejenis kue dari tepung ketan yang diisi pasta kacang merah kemudian direbus. Para umat kemudian menghormat tiga kali kemudian menyembah (berbaring) sembilan kali untuk berterima kasih secara mendalam dan mendoakan dia panjang umur.Perayaan Tahun Baru Imlek
Tepat sebelum Tahun Baru Imlek, yaitu pada tanggal 24 bulan 12 Imlek, Dewa dapur Zao Jun mengirimkan laporan mengenai catatan tingkah laku setiap anggota keluarga yang ia jaga sepanjang tahun kepada Yu Huang Da Di. Yu Huang akan memutuskan untuk memberikan hadiah atau hukuman berdasarkan laporan tersebut. Pada saat festival tahun baru, dia juga dipuja dengan menyalakan dupa dan mempersembahkan makanan. Meskipun Kaisar Giok vegetarian, tetapi masyarakat masih mempersembahkan makanan daging karena mungkin saja Yu Huang memiliki tamu yang tidak bervegetarian.Shangdi dan Tian
Seiring berjalannya waktu, terjadi asimilasi dan penyerapan (sinkretisme) antara Shangdi, Tian, dan Yu Huang Da Di. Hal tersebut ditegaskan oleh pernyataan berikut:
Rakyat Tiongkok terutama orang Hokkian (Fujian) menganggap Giok Hong Siong Tee (Yu
Huang Da Di dalam bahasa Fujian) sebagai Thi Kong (Thian Gong), karena Giok
Hong Tai Tee adalah Dewata Tertinggi sebagai Pelaksana Pemerintahan Alam
Semesta.
Yu Huang Da Di dalam Buddhisme
Dalam Buddhisme, Yu Huang Dadi disamakan dengan Dewa
Śakra atau Indra dan merupakan pelindung dharma (Dharmapala). Dalam Shurangama
Mantra, nama dia diucapkan sebagai Yin Two La Ye (Namo Yin Two La
Ye, 南 無 因 陀 羅 耶). Dia tinggal di Surga Trayastrimsa (Bahasa Sanskerta yang berarti Surga Tiga Puluh Tiga)
di puncak Gunung Sumeru, dikelilingi masing-masing 8 surga di keempat penjuru
mata angin. Tingginya adalah 80.000 yojana, dan kotanya yang bernama Kota
Berpemandangan Indah terbuat dari tujuh jenis materi berharga serta
tingginya adalah 60.000 yojana. Istana Sakra berada di tengah kota, terbuat
dari permata-permata paling berharga.
https://id.wikipedia.org/wiki/Yu_Huang_Da_Di